Kamis, 05 Februari 2015

Akar-akar Akhlak tercela (penyakit akhlak)

Akar Penyakit Akhlak
Sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga
memiliki akar kemana satuan-satuannya dapat
dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada
dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit
akhlak juga akan selalu ada disana.
Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua
akar penyakit akhlak, yaitu :
Pertama , penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa
wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak
menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan
kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan
kemampuan dasar manusia memahami secara baik
dan memilih secara tepat.
Kedua , penyakit syahwat. Penyakit ini menimpa
wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan
kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan
dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk
mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
Syhubhat
Lebih jauh lagi, penyakit syubhat sesungguhnya
berkaitan dengan pemahaman dasar manusia dan
struktur pemikirannya. Akarnya adalah ilmu yang
belum sempurna dan mendalam bertemu dengan
kecenderungan jiwa untuk menyimpang (zaeghun).
Allah SWT berfirman dalam hal ini,
”…Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat
mutasyaabihaat…” (Ali Imran:7)
Karena itu, akar penyakit ini dapat ditelusuri pada
kemampuan dasar manusia dalam memahami;
adanya kelemahan logika atau penyalahangunaan
logika; ketidakmampuan memahami hakikat sesuatu
secara benar; kesalahan metodologis dalam berpikir
yang menyebabkan lahrnya kesimpulan yang juga
salah; dan penyimpangan pemahaman keagamaan
yang menyebabkan lahirnya bid’ah dan aliran sesat.
Orang-orang yang menderita penyakit ini biasanya
memiliki keberanian luar biasa terhadap Allah SWT
(baca: kebenaran), kegemaran luar biasa untuk
berdebat, dan sifat ngotot dalam mempertahankan
pendapat sendiri, sekalipun sesungguhnya ia tidak
pernah memiliki keyakinan yang kuat dan selalu
ragu dalam segala hal.
Lawan dari penyakit ini adalah ilmu yang benar dan
mendalam, yang kemudian menimbulkan keyakinan
yang kuat yang tidak disertai keraguan.
Pada akhirnya, penyakit syubhat ini melahirkan
kekufuran, bid’ah, dan nifaq.
Syahwat
Adapun penyakit syahwat pada umumnya lahir dari
lemahnya kehendak hati (iradatul khair) dalam hati
seseorang, baik untuk melakukan kebaikan (positif)
maupun untuk melawan dorongan kejahatan dalam
dirinya. Sebagaimana contoh, Allah SWT berfirman
tentang Adam as.
”Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada
Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan
tidak Kami dapati padanya kemauan yang
kuat.” (Tha ha: 115)
Dorongan-dorongan kejahatan itu sendiri pada
dasarnya berasal dari insting manusia, yang
sebagiannya adalah kebutuhan dasar yang
memberikan vitalitas dan dinamika kehidupan
kepada manusia. Insting seksual, misalnya, pada
kadar tertentu dibutuhkan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup umat manusia. Akan tetapi, ia
menjadi kejahatan saat tuntutan pemuasannya
menjadi berlebhan dan cara pemenuhannya keluar
dari jalur syariah. Demikian pula insting berkuasa,
misalnya, ia dibutuhkan untuk menciptakan
kemampuan memimpin dan bermasyarakat dalam
kehidupan manusia. Namun, jika kadarnya melampui
batas yang natural dan cara pemenuhannya keluar
dari jalur syariah, maka ia menjadi ancaman bagi
kebaikan.
Disamping itu, Ibnul Qayyim juga menjelaskan jenis
syahwat yang kemudian menjadi akar dari semua
bentuk dosa manusia. Adapun jenis syahwat itu
adalah sebagai berikut:
Syahwat kekuasan, berarti bahwa dorongan
berkuasa dalam diri seseorang begitu kuat sampai
tingkat dimana ia mulai menyerap sebagan dari
sifat yang hanya layak dimiliki Allah SWT. Hal ini
dimulai dari yang terkecil-senang dikagumi
(sum’ah), senang disanjung di depannya (riya’), dan
merasa puas diri (ghuhur), sampai pada yang hal
yang besar-sombong, angkuh, jabarut,
mengintimidasi, dan zalim. Syahwat inilah yang
kemudian mendorong manusia sampai pada tingkat
yang lebih jauh lagi, yaitu syirik. Inilah dosa yang
membuat Fir’aun terlaknat.
Syahwat kesetanan , berarti bahwa ada dorongan
yang kuat dalam diri seseorang untuk menyerupai
setan dalam berbagai bentuk perilaku dasarnya.
Misalnya, memiliki sifat benci, dengki dan dendam,
gemar menipu, membuat ulah dan makar,
menyebarkan gosip, memfitnah, menyesatkan orang
lain, dan semacamnya. Syahwat ini biasanya
mempertemukan antara kecerdasan di satu sisi,
dengan dorongan setan di sisi lain. Karena itu,
pelakunya cenderung licik dan culas dalam
pergaulan serta berwajah ganda.
Syahwat binatang buas , syahwat ini berasal dari
nafsu amarah dan angkara murka, seperti api yang
cenderung membakar dan membumihanguskan. Jika
syahwat angkara murka bertemu dengan kekuatan
fisik yang mendukung, maka lahirlah berbagai
macam perilaku buruk, seperti permusuhan, debat,
penjajahan, pembunuhan, tirani, penodongan, dan
perkelahian.
Syahwat binatang ternak , syahwat ini berasal dari
naluri binatang dalam diri manusia dan
mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan perut
dan kemaluannya secara berlebihan. Penyakit
syahwat ini mendorong manusia menjadi hedonis,
permisif, dan berpikir jangka pendek. Dari syahwat
perut lahirlah sifat-sifat serakah, rakus, memakan
harta anak yatim, pelit, mencuri, korupsi, sifat
pengecut, penakut, dan semacamnya. Adapun dari
syahwat kemaluan lahirlah perzinaan.
Ibnul Qayyim juga menjelaskan bahwa sebagian
besar manusia terjebak dalam penyakit syahwat
binatang ternak. Sebab, pemenuhannya tidak
membutuhkan banyak kecerdasan, atau kekuatan
fisik, atau wilayah kekuasaan. Sementara itu,
syahwat binatang buas biasanya menimpa orang-
orang yang kuat secara fisik, namun tidak memiliki
rasa kasih, kemurahan hati, dan naluri sosial yang
baik. Adapun yang terakhir, yaitu syahwat
kekuasaan yang luas, dukungan pasukan militer
yang kuat, rakyat yang miskin, bodoh, lemah dan
tidak berdaya, serta tekologi yang tinggi dan
canggih.
Kelemahan Akal dan Jiwa
Demikianlah, kita melihat bahwa kedua penyakit
itu, penyakit syubhat dan syahwat, sama bersumber
dari kelemahan akal dan jiwa. Penyakit syubhat
bersumber dari kelemahan akal sehingga
penderitanya tidak memiliki ilmu dan keyakinan.
Adapun penyakit syahwat bersumber dari
kelemahan jiwa yang membuat penderitanya tidak
memiliki kemauan yang kuat sampai pada tingkat
azam (tekad). Perhatikanlah skema dibawah ini :
Kelemahan akal -> Kedangkalan ilmu -> Penyakit
Syubhat
Kelemahan jiwa -> Kelemahan kemauan -> Penyakit
Syahwat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar