Kamis, 05 Februari 2015

Cara berwudhu' dengan Wudhu Batin, Cara Sholat Khusyu’

Berwudhu adalah merupakan syarat
wajib sebelum seseorang mengerjakan
ibadah sholat dengan cara berwudhu
yang benar. Apabila cara berwudhunya
salah, tidak memenuhi syarat dan
rukun berwudhu’ , maka wudhunya tidak
sah dan sholatnya pun tidak sah. Di
samping itu cara berwudhu yang benar
dan khusyu’ serta dengan berwudhu
dengan batin atau hati akan turut
berpengaruh pada khusyu'nya sholat
yang dikerjakan.
Bagaimana cara berwudhu batin dan
cara sholat khusyu '?
Adalah ahli ibadah bernama Isam bin
Yusuf, seorang yang terkenal sangat
berhati-hati (wara’), rendah hati
(tawadhu’) , taat dalam beribadah dan
selalu khusyu’ dalam sholatnya.
Dikarenakan kahati-hatian beliau, dia
senantiasa khawatir apabila ibadahnya,
sholatnya tidak diterima Allah swt.
oleh karena itu dia senantiasa menjaga
dirinya dari hal-hal yang dapat
menyebabkan ibadahnya tidak diterima
atau tertolak. Sehingga sia-sialah
semua amal ibadahnya apabila tidak
diterima oleh Allah.Pada suatu hari
Isam bin Yusuf menghadiri sebuah
pengajian. Pengajian tersebut diajarkan
oleh sufi ternama bernama Hatim al-
Asham. Isam bin Yusuf memanfaatkan
kesempatan pengajian tersebut untuk
menambah dan menggali ilmu. Dia
bertanya kepada Hatim : Hai Abu
Abdurrahman, bagaimanakah cara kamu
sholat? Jawab Hatim al-Asham : Ketika
waktu sholat telah datang, maka aku
berwudhu secara lahir dan batin.
Kemudian Isam bin Yusuf bertanya
kembali : Bagaimanakah cara berwudhu
batin itu?
Jawab Hatim al-Asham : Cara
berwudhu lahir adalah dengan
membersihkan seluruh anggota wudhu
sebagaimana yang telah diajarkan
dalam al-Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad Rasulullah saw. Sedangkan
cara berwudhu batin, menurut Sufi
ternama tersebut adalah membasuh
anggota badan dengan tujuh cara,
yaitu sebagai berikut :
Selalu bertobat kepada Allah
atas segala dosa-dosa
Kemudian menyesali semua
dosa-dosa yang dilakukan dan
berjanji tidak mengulanginya
kembali.
Membersihkan diri dari
kecintaan pada dunia
(hubbundunnya)
Menghindarkan diri dari
semua pujian manusia
Meninggalkan dan menjauhi
sifat bermegah-megahan/
bermewah-mewahan.
Tidak menipu dan berkhianat.
Menjauhi dan meninggalkan
perbuatan iri dengki
Setelah itu, aku pergi ke masjid,
kemudian aku menghadapkan hatiku
kepada Allah dan wajahku ke arah
kiblat. Lalu aku berdiri dengan penuh
rasa malu di hadapan Allah swt. Aku
membayangkan ketika itu, Allah sedang
mengawasiku dan berada di hadapanku.
Aku membayangkan pula surge berada
di sebelah kanan, dan neraka berada di
sebelah kiriku, sementara malaikat
pencabut nyawa (malaikat maut) ada di
belakangku. Aku juga membayangkan,
seolah-olah aku ada di atas jembatan
shirratal mustaqim. Serta aku
menganggap bahwa sholat yang sedang
aku lakukan adalah sholat yang terakhir
bagiku.
Lalu aku bertakbir, dan di setiap
bacaan sholat, aku senantiasa
memahami maknanya. Aku melakukan
ruku’ dan melakukan sujud dengan
menganggap diriku adalah makhluk
yang paling kecil dan tidak memiliki
kemampuan apa-apa di hadapan Allah
swt. Kemudian aku akhiri sholatku
dengan tasyahud dengan penuh
pengharapan dan penghambaan kepada
Allah swt. Kemudian aku memberi
salam. Demikianlah sholatku yang aki
kerjakan selama tiga puluh tahun
terakhir ini. Kata Hatim al-Asham.
Setelah mendengar penjelasan dari
hatim al-Asham tersebut, Isam bin
Yusuf menangis dan tertunduk lesu.
Isam bin Yusuf membayangkan bahwa
ibadahnya (sholatnya) yang selama ini
dikerjakannya masih belum seberapa
apabila dibandingkan dengan ibadah
sholat yang dikerjakan oleh Hatim al-
Asham. Yaitu segala sesuatu yang
dikerjakannya ketika sholat selalu di
awali dengan kesucian lahir dan juga
batin serta dengan penuh pengharapan
dan ridha dari Allah swt.
Berwudhu adalah merupakan pintu
masuk menuju ibadah sholat yang
terbaik (sholat yang khusyu’) dan
berdialog kepada sang pencipta alam
semesta dan isinya Allah swt. sebab
berwudhu merupakan bentuk kesucian
lahir. Apabila tanpa kesucian lahir, akan
mustahil pula tercapai kesucian batin.
Sebagai pelengkap dan akhir bahasan
tentang cara berwudhu dengan batin
dan cara sholat khusyu’ dari Hatim al-
Asham, berikut adalah Firman Allah
swt. :
ﻓَﻤَﻦ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮۡﺟُﻮﺍْ ﻟِﻘَﺎٓﺀَ ﺭَﺑِّﻪِۦ
ﻓَﻠۡﻴَﻌۡﻤَﻞۡ ﻋَﻤَﻠٗﺎ ﺻَٰﻠِﺤٗﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺸۡﺮِﻙۡ
ﺑِﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺭَﺑِّﻪِۦٓ ﺃَﺣَﺪَۢﺍ
Artinya : Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar