SHOLAT DALAM PERJALANAN
Pesantren Virtual – “Pondok Pesantren era Digital”
Website: http://www.pesantre nvirtual. com
Sholat dalam perjalanan, atau disebut “ sholatus
safar “, dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Dilakukan seperti biasanya saat dirumah.
2. Di qoshor. Yakni sholat yang semestinya empat
roka’at diringkas menjadi
dua roka’at.
3. Di jama’. Yakni mengumpulkan dua sholat,
dhuhur dengan ashar atau
maghrib dengan isya’, dalam salah satu waktunya.
Sholat dengan cara jama’
ada dua macam:
1. Jama’ taqdim. Yaitu mengumpulkan sholat
dhuhur dan sholat ashar dalam
waktu dhuhur, atau sholat maghrib dan sholat isya’
dalam waktu maghrib.
2. Jama’ ta’khir. Yaitu mengumpulkan sholat
dhuhur dan sholat ashar dalam
waktu ashar, atau sholat maghrib dan sholat isya’
dalam waktu isya’.
Apabila seorang musafir telah sampai pada suatu
tempat tujuan, seperti
Makkah, kemudian berniat tinggal selama minimal
empat hari, maka di
anggap sudah bukan sebagai musafir lagi, oleh
karenanya tidak boleh
melakukan jama’ ataupun qoshor .
CARA SHOLAT QOSHOR
Pelaksanaan sholat qoshor sama seperti sholat biasa,
hanya saja, sholat
yang semestinya empat roka’at yaitu dhuhur,
ashar, dan isya’, di ringkas
menjadi dua roka’at dengan niat qoshor pada waktu
takbirotul ihram. Contoh
lafadz niat qoshor :
Usholli fardlod-dhuhri rok’ataini qoshron lillahi
ta’ala.
Artinya : saya niat sholat dhuhur dengan diqoshor
dua roka’at karena Allah.
SYARAT-SYARAT QOSHOR
Orang yang sedang bepergian (musafir),
diperbolehkan melakukan sholat
dengan qoshor, apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Bukan bepergian maksiat, seperti bepergian
dengan tujuan mencuri, dan
lain-lain.
2. Jarak yang akan ditempuh, sedikitnya berjarak
80,64 km .
3. Mengetahui hukum diperbolehkannya qoshor.
4. Sholat yang di qoshor berupa sholat empat
roka’at. Yakni dhuhur, ashar
dan isya’ .
5. Niat qoshor pada saat takbirotul ihram.
6. Tidak bermakmum/berjama’ ah kepada orang
yang tidak sedang mengqoshor
sholat.
Dalam perjalanan yang jauhnya 120,96 km (tiga
marhalah) ke atas, lebih
utama melaksanakan sholat dengan cara qoshor 3.
Musafir yang sudah
memenuhi syarat-syarat qoshor, boleh melakukan
jama’ sekaligus qoshor.
CARA JAMA’ TAQDIM
Yang dimaksud dengan sholat jama’ taqdim adalah,
melakukan sholat ashar
dalam waktunya sholat dhuhur, atau melakukan
sholat isya’ dalam waktunya
sholat maghrib. Sholat shubuh tidak dapat dijama’
dengan sholat isya’.
Pelaksanaan sholat dengan jama’ taqdim antara
sholat dhuhur
dengan ashar, dilakukan dengan cara, setelah
masuk waktu dhuhur,
terlebih dahulu melakukan sholat dhuhur, dan
ketika takbirotul
ihram, berniat menjama’ sholat dhuhur dengan
ashar. Contoh :
Usholli fardlod-dhuhri jam’an bil ‘ashri taqdiman
lillahi ta’ala
Artinya : “Saya berniat sholat dhuhur dengan
dijama’ taqdim dengan ashar
karena Allah”
Niat jama’ taqdim, dapat juga dilakukan di
tengah-tengah sholat dhuhur
sebelum salam, dengan cara berniat didalam hati
tanpa diucapkan, menjama’
taqdim antara ashar dengan dhuhur.
Kemudian setelah salam dari sholat dhuhur, cepat-
cepat melakukan sholat
ashar. Demikian juga cara sholat jama’ taqdim
antara sholat maghrib dengan
sholat isya’, sama dengan cara jama’ taqdim antara
sholat dhuhur dengan
ashar, dan lafadz dhuhur diganti dengan maghrib,
lafadz ashar diganti
dengan isya’.
Jika sholat jama’ taqdim dilakukan dengan qoshor,
maka sholat yang empat
roka’at, yaitu dhuhur, ashar, dan isya’, diringkas
menjadi dua rokaat.
Contoh niat jama’ taqdim serta qoshor:
Usholli fardlod-dhuhri rok’ataini jam’an bil ‘ashri
taqdiman wa qoshron
lillahi ta’ala
Artinya : “Saya berniat sholat dhuhur dua roka’at
dengan dijama’ taqdim
dengan ashar dan diqoshor karena Allah “
SYARAT-SYARAT JAMA’ TAQDIM
Orang yang sedang bepergian, diperbolehkan
melakukan sholat jama’ taqdim,
dengan syarat sebagai berikut :
1. Bukan berpergian maksiat .
2. Jarak yang akan ditempuh, sedikitnya berjarak
80,64 km.
3. Berniat jama’ taqdim dalam sholat yang pertama
( Dhuhur / Maghrib).
4. Tartib, yakni mendahulukan sholat dhuhur
sebelum sholat ashar dan
mendahulukan sholat maghrib sebelum sholat isya’.
5. Wila’, yakni setelah salam dari sholat pertama,
segera cepat-cepat
melakukan sholat kedua, tenggang waktu anatara
sholat pertama dengan
sholat kedua, selambat-lambatnya, kira-kira tidak
cukup untuk mengerjakan
dua roka’at singkat.
Sebagian ulama’ berpendapat, jama’ (bukan
qoshor), di perbolehkan meskipun
tempat tujuan berjarak kurang dari 80,64 km,
namun tidak kurang dari 1,66
km . Perjalanan yang jauhnya 120,96 km (tiga
marhalah) ke atas, lebih
utama melakukan sholat dengan qoshor .
CARA JAMA’ TA’KHIR
Yang dimaksud dengan jama’ ta’khir adalah,
melakukan sholat dhuhur dalam
waktunya sholat ashar, atau melakukan sholat
maghrib dalam waktunya
sholat, isya’. Sholat shubuh tidak dapat dijama’
dengan sholat dhuhur.
Pelaksanaan sholat jama’ ta’khir antara sholat
dhuhur dan ashar,
dilakukan dengan cara, apabila telah masuk waktu
dhuhur, maka dalam hati
niat mengakhirkan sholat dhuhur untuk dijama’
dengan sholat ashar dalam
waktu sholat ashar. Kemudian setelah masuk waktu
ashar, melakukan sholat
dhuhur dan sholat ashar seperti biasa tanpa harus
mengulangi niat jama’
ta’khir. Demikian juga cara melakukan jama’
ta’khir sholat magrib dengan
sholat isya’. Ketika masuk waktu maghrib berniat
dalam hati mengakhirkan
sholat maghrib untuk di jama’pada waktu sholat
isya’.
SYARAT-SYARAT JAMA’ TA’KHIR
Orang yang sedang bepergian, diperbolehkan
melakukan jama’ ta’khir apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bukan bepergian maksiat.
2. Jarak yang ditempuh, sedikitnya berjarak 80,64
km.
3. Berniat jama’ ta’khir didalam waktu dhuhur
atau waktu maghrib.
ISTINJA’ (CEBOK) DALAM PESAWAT
Istinja’ atau cebok dalam pesawat terbang, caranya
sama
seperti istinja’ diluar pesawat, yaitu dengan
mengunakan air
atau benda keras yang bisa menghilangkan
bendanya najis,
seperti batu, kayu atau kertas tisu. Berhubung
didalam
pesawat tidak di perbolehkan mengunakan air untuk
istinja’,
maka dapat menggunakan kertas tisu dengan
syarat :
1. Najisnya belum kering.
2. Najisnya tidak terkena benda basah lain, seperti
terkena air.
3. Najisnya tidak berpindah dari tempat keluarnya
najis.
4. Benda yang di pergunakan untuk mengusap najis,
harus kering dan suci.
5. Mengusap najis, sedikitnya tiga kali, apabila
masih belum bersih, di
tambah sampai bersih.
SHOLAT DALAM PESAWAT
Pelaksanaan sholat didalam pesawat, sama seperti
sholat ditempat lainnya.
Jika dimungkinkan berdiri, maka harus dilakukan
dengan berdiri, ruku’ dan
sujud dilakukan seperti biasa dengan menghadap
qiblat. Namun jika tidak
bisa dilakukan dengan berdiri, maka boleh sholat
dengan duduk.
Apabila tidak mempunyai wudlu’, padahal tidak
terdapat air untuk
berwudlu’, atau ada air, namun oleh pemilik air
tidak diperbolehkan
digunakan berwudlu’, seperti ketika berada didalam
pesawat, oleh petugas
tidak diperbolehkan menggunakan air untuk
berwudlu’, karena dikhawatirkan
dapat mengenai peralatan yang terdapat dibawah,
sehingga dikhawatirkan
membahayakan keselamatan para penumpang. Pada
saat yang sama, tidak
terdapat sarana untuk bertayamum, seperti debu,
maka sholatnya dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
– Melakukan sholat untuk menghormati waktu
(lihurmatil wakti) dan
wajib mengulagi sholat (I’adah), setelah menemukan
sarana /alat
bersuci.
– Taqlid/mengikuti madzhab Maliki yang
berpendapat, apabila
seseorang tidak menemukan air untuk berwudlu’
dan tidak menemukan
alat tayamum, maka gugur kewajiban sholat dan
tidak wajib
mengqodlo’ sholatnya .
Cara melakukan sholat lihurmatil wakti, sama
seperti melakukan sholat
biasa, hanya saja, bagi yang sedang berhadats
besar, seperti junub, di
cukupkan dengan hanya membaca bacaan yang
wajib-wajib saja, tidak boleh
membaca surat-suratan setelah bacaan fatihah.
Sesuatu yang dapat digunakan untuk bertayamum
menurut mazhab Syafi’I dan
Hambali adalah, debu atau tanah yang berdebu .
Sedangkan menurut mazhab
Hanafi adalah, semua jenis tanah, baik yang
mengandung debu atau tidak,
seperti tanah liat, tanah kapur, tanah pasir, batu
dan lain-lain .
Menurut madzhab Maliki, yang dapat digunakan
untuk bertayammum adalah,
semua yang nampak dari juznya bumi, seperti debu,
salju, batu kapur yang
belum di bakar, dan semua barang hasil tambang
selain emas dan perak yang
belum dipindah dari tempat asalnya .
Dengan demikian, tayamum dengan menggunakan
kayu papan, plastik dan apa
saja yang telah diolah atau dimasak, hukumnya
adalah tidak sah menurut
semua madzhab (Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan
Maliki), sebab tidak termasuk
debu atau jenis tanah .
Kamis, 05 Februari 2015
Shalat Dalam Perjalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar